Menyiasati harga pupuk buatan pabrik semakin mahal seiring dicabutnya subsidi dari pemerintah, Kelompok Tani Sidomakmur Lesanpuro, Kota Malang punya langkah cerdas. Mereka mengandalkan potensi anggota berinovasi menciptakan pupuk organik.
Ketua kelompok Tani Sidomakmur Lesanpuro, Sunarto mengungkapkan, saat ini Kelompok Tani Sidomakmur memiliki 40 anggota. Semua anggota masing-masing memiliki sapi dua ekor sampai tujuh ekor.
“Sapi kami beri makan dari limbah pertanian, seperti limbah jagung, limbah kacang, dan limbah padi. Kotoran sapi kami olah menjadi pupuk dan saat kemarau ditabur ke sawah dan ladang,” jelas Sunarto di Gunung Buring Kota Malang, Jumat (25/2/2022).
Dengan dipupuk dengan kotoran sapi, pengeluaran petani untuk memberikan pupuk sawah dan ladang menjadi hemat jika dibandingkan pupuk buatan pabrik. Yang lebih menguntungkan lagi, kata dia, ternyata hasil kebun dan sawah justru menjadi lebih banyak dengan menggunakan pupuk kandang.
“Dari kenyataan itu sudah dua tahun terakhir kami lebih banyak mengandalkan pupuk kandang untuk membangun kesuburan sawah dan ladang. Hasilnya disaat saat ini pupuk buatan pabrik harganya semakin mahal kami tidak perlu kebingungan,” ujar Sunarto.
Selain hasilnya lebih banyak, Sunarto menjelaskan dengan pupuk kandang dari tahun ke tahun kualitas sawah dan ladang yang dikelola juga semakin bagus. Hal ini berbeda jika hanya mengandalkan pupuk kimia saja, kualitas tanah semakin lama justru semakin menurun. Melalui cara itu, anggota kelompok tani bisa lebih produktif lagi dalam mendapatkan penghasilan.
“Sudah dua tahun terakhir anggota kelompok tani kami bisa mendapatkan harga yang bagus dari tanaman yang ditanam. Ini bisa terjadi karena setiap anggota menanam tanaman yang berbeda-beda,” pungkas Sunarto. (cah/ram)